
MANTAP168. Dalam tahun-tahun ini, pembangunan infrastruktur di Indonesia termasuk cukuplah cepat ditambah di bagian transportasi. Selainnya meluaskan banyak jalan tol ke beragam wilayah, sekarang mekanisme angkutan umum makin mengalami perkembangan dengan kedatangan MRT dan LRT.
Bila awalnya banyak warga memercayakan Kereta Rel Listrik (KRL) untuk pengerahan antara kota tanpa macet, sekarang kedatangan MRT dan LRT yang mempunyai kecepatan semakin tinggi seakan jadi udara segar untuk masyarakat.
MRT kependekan dari Mass Rapid Transit dan Light Rail Transit atau LRT sendiri sebetulnya cukup sering dipakai oleh negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina sebagai model transportasi unggulan. Merilis dari Quora, LRT pertama kalinya kali dipakai di Manila, Filipina di tahun 1984 sebelumnya setelah digagas oleh bekas Presiden Ferdinand Marcos. Dalam pada itu, MRT sendiri pertama kalinya datang di Singapura di tahun 1987.
Sepintas, tidak ada ketidaksamaan yang menonjol di antara MRT dan LRT. Baik dan wujud kereta dan pelintasan yang dipakai kelihatan serupa. Tetapi bila jadi perhatian lebih detil ada banyak ketidaksamaan MRT dan LRT yang penting Anda kenali berikut:
MRT dan Hadirnya di Indonesia
LRT dan Hadirnya di Indonesia
Keunggulan dan Kekurangan MRT dan LRT
7 Ketidaksamaan MRT dan LRT di Indonesia
MRT dan Hadirnya di Indonesia
Semenjak dibuka dan sah bekerja pada Maret 2019, MRT kependekan dari Mass Rapid Transit menjadi satu diantara selingan tertentu untuk masyarakat ibu-kota. Banyak warga yang semangat coba model transportasi ini untuk berekreasi ke sejumlah tempat di Jakarta.
Walau jumlah stasiun tidak sekitar KRL dan mempunyai harga ticket yang semakin lebih mahal, kecepatan MRT jadi daya magnet tertentu untuk masyarakat. Disamping itu, tidak cuma untuk kendaraan, beberapa orang manfaatkan kedatangan MRT sebagai spot berpose karena dipandang mempunyai situasi seolah tengah ada di luar negeri.
Dalam pada itu, walau baru berusia tiga tahun, tahukah kamu bila MRT kependekan dari Mass Rapid Transit sebetulnya sudah diperkirakan semenjak tahun 1985? Gagasan pembangunan Mass Rapid Transit sudah dirintis semenjak tahun 1985, tetapi saat tersebut belum sempat dipastikan sebagai project nasional.
Baru di tahun 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono waktu itu memperjelas bila MRT kependekan dari Mass Rapid Transit masuk sebagai project nasional. Sesudah pengakuan presiden itu, baru Pemerintahan Pusat bersama Pemerintahan Kota DKI Jakarta mulai bekerja bersama untuk membuat team dan mengawali gagasan dengan penelusuran dana. Seterusnya, PT Mass Rapid Transit Jakarta (PT MRT) juga sah berdiri pada 17 Juni 2008.
Selanjutnya MRT kependekan dari Mass Rapid Transit sendiri mempunyai design stasiun yang termasuk kekinian. Beberapa stasiun ada yang dibuat di atas ketinggian dan beberapa yang lain ada di bawah tanah. Selainnya keelokan design, kebersihan stasiun dan gerbong kereta kelihatan benar-benar menonjol dibanding model transportasi lain seperti KRL.
Untuk ketidaksamaan MRT dan LRT, bila jadi perhatian pada setiap keberangkatan MRT terbagi dalam 6 gerbong dengan gerbong depan dan belakang yang diutamakan untuk wanita. Ketidaksamaan MRT dan LRT yang lain, kereta MRT berjalan pada atas 2 rel dan memakai daya listrik dari sisi atas kereta untuk sumber daya listrik sama dengan KRL. Sementara, LRT memakai 3 rel dan sumber listrik dari bawah kereta.
Sekarang ini, pembangunan MRT sendiri baru selesai dan bekerja pada tahapan 1. Di tahapan ini, MRT mempunyai 13 stasiun arah yang diawali dari Lebak Bulus sampai Bundaran HI sebagai penghentian paling akhir. Gagasannya, pada tahapan 2 MRT akan dibuat rel sejauh 11,8 Km yang meneruskan dari Stasiun Bundaran HI s/d Ancol.
Pembangunan tahapan 2 akan dipisah kembali jadi tahapan yaitu 2A (mencakup Thamrin, Monas, Serasi, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota) dan 2B (Mencakup Mangga Dua dan Ancol). Bila tahapan 2 sudah bekerja nantinya, karena itu MRT akan mempunyai keseluruhan panjang rel sekitaran 27,8 Km yang menghampar dari utara ke arah selatan. Check tutorial agenda, jalur, dan harga ticket MRT terkini di sini.
LRT dan Hadirnya di Indonesia
Bila gagasan pembangunan MRT sudah digagas semenjak tahun 1985, karena itu rencana LRT termasuk masih lumayan baru di Indonesia. Merilis dari website resmi LRT Jakarta, Light rail Transit (LRT) mengawali tugas pembangunannya di tahun 2015. Mempunyai tujuan untuk kurangi kepadatan dan kemacetan Jalan Tol Cikampek dan Jalan Tol Jagorawi, LRT pada akhirnya mulai dibuat sesudah Presiden Joko Widodo tanda-tangani 2 Perpres pada September 2015.
Waktu itu, MRT juga pada proses pembangunan. Tetapi ketidaksamaan MRT dan LRT yang paling menonjol ialah opsi jalur yang hendak dibikin. Bila MRT semakin banyak tempatkan stasiun di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat, karena itu pembangunan LRT lebih diprioritaskan pada lajur di wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Timur.
Sesudah lewat proses pembangunan yang lumayan panjang, LRT Jakarta mulai lakukan eksperimen untuk khalayak pada 11 Juni 2019. Untuk makin memudahkan dan membuat nyaman pengerahan masyarakat ibu-kota, LRT dibikin terpadu dengan beberapa halte Transjakarta seperti Halte Pegangsaan dan Sunter.
Untuk sekarang ini, LRT Jabodetabek sendiri baru layani 6 jalur perjalanan dimulai dari Stasiun Velodrome s/d Stasiun Pegangsaan Dua dan Depo LRT dengan biaya flat Rp5 ribu. Sementara untuk jalur LRT JABODETABEK ditarget akan bekerja mulai tengah tahun 2022 pada harga ticket yang sekitar Rp12-15 ribu.
Di lain sisi, bukan hanya ada di Jakarta, ketidaksamaan MRT dan LRT yang lain adalah, LRT dibuat di wilayah lain di luar Pulau Jawa persisnya di Palembang. Pembangunan LRT Palembang waktu itu diawali pada 21 Oktober 2015. Yang memikat, selainnya untuk mengurai kemacetan, kedatangan LRT di Palembang dipercepat dalam rencana menyongsong ASEAN GAMES 2018 lalu.